Sunday, January 15, 2017

Suka Duka Anak Arsitektur

Salam anak arsi, wkwk

 Halo guys, ketemu lagi sama saya. Jangan bosen ya, haha. Saya cuma sedikit share soal pengalaman pribadi jadi anak arsitektur.

Balik lagi ke post sebelumnya, saya masuk arsitektur karena miracle, jadi saya kuliah.
Awal-awal nih,ya. Saya masih menikmati proses adaptasi ke dunia yang baru. Beda? Jelas beda, orang-orang baru, pola yang baru. OSPEK menyenangkan, saya mendapatkan gambaran mengenai jurusan yang saya pilih. Arsitektur, seni bangunan, bagaimana merancang bangunan tidak hanya dapat dihuni tapi indah dan memiliki nilai estetika. Jadi tidak hanya fungsi bangunan saja, melainkan memikirkan bagaimana mendesain bangunan yang menarik dan unik. Jadi sebelumnya banyak pikiran, bangunan itu melulu kotak, gak harus seperti itu, bisa diolah bentuk menjadi apapun, dengan catatan, dipikirkan juga mengenai konstruksinya.

Kuliah semester awal, masih menyenangkan, bermain dengan bentuk dan warna, masih ilmu dasar-dasar. Kakak-kakak tingkat pun tak malu-malu memberikan bimbingan (kebetulan saya pemalu, jadi jarang nanya dan cuma ikut nimbrung, jangan dicontoh, jadi mahasiswa yang aktif. Hahaha). Materi dasar seperti perhitungan matematika dan fisika harus dipelajari lagi (saya lemahhhh sekali sama dua makul ini, wkwkwk). Nilai semester awal masih bagus-bagusnya dan rajin kuliah. Hahhahha. Mengingat gosip, ada dosen galak dan sebagainya menjadi faktor rajin masuk (kalo ga, ga dapet nilai). Semakin ke semester selanjutnya, semakin berat beban, tugas banyak, hitungan banyak, materi banyak, kuis banyak, waktunya yang gak ada. 

Ini dia suka duka anak arsitektur versi saya ya, pasti beda sama anak-anak Arsitektur lainnya (wkwkw, WARNING, yang jelek-jelek jangan dicontoh, cuma postingan share aja, kok, have fun, yak)
Sukanya dulu ya :
1.       Ilmu mengenai bangunan bertambah, dulu saya berpikir, gimana ya bawa bahan bangunan sampe tinggi gitu. Gimana ya kok bangunan itu ga roboh, padahal tinggi. Kok atap rumah cuma pake kayu bisa nopang genteng, itu pertanyaan yang muncul sebelum saya belajar tentang arsitektur dan di kuliah saya mendapat jawabannya. Dari dasar sampai bangunan itu jadi.
2.       Jadi tau soal konsep, setiap proyek bangunan tentu memiliki konsep matang, mengenai apa fungsi bangunan tersebut, bagaimana desainnya, bagaimana konstruksinya, dan lainnya. Jadi untuk merencanakan sebuah bangunan, harus memiliki konsep untuk diwujudkan ke dalam bangunan.
3.       Jadi bisa ngitung, dulu mikirnya rumah itu asal nyusun batu bata ditumpuk-tumpuk pakai semen, pasti jadi rumah. Salaaaah! Ternyata dari pemasangan aja ada hitungannya berapa komposisi semen, batu kerikil, berapa banyak batu bata yang dibutuhkan disesuaikan dengan ukuran bangunan.
4.       Mengenal bentuk dan warna, seperti yang udah saya bahas, bangunan ga melulu kotak, tapi bisa dikreasikan bentuknya sesuai dengan konsep. Misal ingin membangun wahana permainan, bentuk bangunan harus unik dan menarik sehingga menghibur orang yang mengunjungi. Perpaduan warna juga menjadi faktor menariknya suatu bangunan.
5.       Lebih tau tentang detail sebuah bangunan, dari instalasi air, listrik, saluran pembuangan, dan lain-lain.
6.       Menentukan lokasi. Untuk merancang sebuah bangunan, harus disesuaikan juga dengan lokasi atau llingkungan sekitar. Misal ingin merancang mall, lokasi yang bagus dipinggir jalan raya bukan di dalam kawasan perumahan, seperti itu.
7.       Jalan-jalan, biasanya sebuah tugas menuntut adanya survey atau bukti-bukti bahwa hal tersebut ada. Seperti foto bangunan unik, bangunan yang harus dilestarikan, dan lainnya.
Kurang lebih sukanya seperti itu

Dukanya nih sekarang
1.       Jarang tidur, karena tugas makin hari makin banyak dan detail, porsi tidur kurang. Pengalaman, karena ngerjain satu tugas, hampir 3 hari gak tidur. Itu gak hanya saya yang ngalamin, banyak teman lainnya.
2.       Kurang waktu untuk piknik. Untuk saya pribadi loh ya, kalau temen-temen saya yang lain keliatan masih bisa piknik sesuka hati mereka.
3.       Gampang emosi, deadline tugas membuat saya sedikit emosi kalau ada yang bilang “kerjaannya di kamar terus, ga mau inilah itulah” bukannya saya ninggalin kewajiban sebagai anak yang baik, tapi saya lagi pusing-pusingnya mikir tugas yang belum kelar, gak ada yab=ng ngerti (kebetulan yang nyasar kejurusan teknik cuma saya, mereka ga tau gimana proses-prosesnya). Banyak orangtua mikir “semua jurusan itu sama aja” sama dari mana T_T, sudahlah, itu masa lalu, kalu diinget-inget lagi, nyesek.
4.       Duit habis, Cuma buat ngeprint tugas, revisi, ngeprint lagi, jadi jarang jajan.
5.       Harus nyambi kerja, karena faktor ekonomi dan keluargga (kebetulan saya broken-home yang ikut sama papa) harus punya pemasukan lain untuk hidup atau untuk sekedar beli minyak wangi. Membagi waktu antara kuliah sama kerja itu gak gampang. Fisiknya bener-bener diuji.
6.       Dituntut, oke itu keinginan setiap orang tua dan sodara-sodara pengen adeknya atau anaknya cepet lulus, tapi balik lagi, mereka ga bisa maklumin proses. Jujur, saya sempet ngambek karena tuntutan itu, tuntutan ini, mental saya bener-bener harus kuat. Bukan lebay atau alah gitu aja loh ya, tapi seumur hidup, saya baru merasakan depresi ya sewaktu kuliah, hasilnya, saya telat lulus wkwkwkwk T_T

Nah, itu suka duka saya selama jadi anak arsitektur. Seimbang kok sebenarnya, Cuma kuotanya lebih berat yang dukanya (jujur). Buat kalian yang di jurusan arsitektur, jangan gampang nyerah dan harus terus kreatif ya. Semangat terus pokoknya gimanapun prosesnya, baik suka maupun duka, jadikan itu motivasi kalian untuk maju dan lulus. Puji Tuhan, meskipun telat, saya akhirnya sudah jadi sarjana arsitektur. Mangaaatssss eaa !!



1 comments:

  1. Selamat yaa, sudah melewati masa-masa berat menjadi mahasiswa arsitektur. Saya dulu juga punya suka duka menjadi mahasiswa arsitek . Jadi jangan patah semangat hingga cita-cita awal kuliah tercapai.

    ReplyDelete