Suka Duka Anak Arsitektur
Salam anak arsi, wkwk
Halo guys, ketemu lagi sama saya. Jangan bosen ya, haha. Saya cuma sedikit share soal pengalaman pribadi jadi anak arsitektur.
Halo guys, ketemu lagi sama saya. Jangan bosen ya, haha. Saya cuma sedikit share soal pengalaman pribadi jadi anak arsitektur.
Balik lagi ke post sebelumnya,
saya masuk arsitektur karena miracle, jadi
saya kuliah.
Awal-awal nih,ya. Saya masih
menikmati proses adaptasi ke dunia yang baru. Beda? Jelas beda, orang-orang
baru, pola yang baru. OSPEK menyenangkan, saya mendapatkan gambaran mengenai
jurusan yang saya pilih. Arsitektur, seni bangunan, bagaimana merancang bangunan
tidak hanya dapat dihuni tapi indah dan memiliki nilai estetika. Jadi tidak
hanya fungsi bangunan saja, melainkan memikirkan bagaimana mendesain bangunan
yang menarik dan unik. Jadi sebelumnya banyak pikiran, bangunan itu melulu
kotak, gak harus seperti itu, bisa diolah bentuk menjadi apapun, dengan
catatan, dipikirkan juga mengenai konstruksinya.
Kuliah semester awal, masih
menyenangkan, bermain dengan bentuk dan warna, masih ilmu dasar-dasar.
Kakak-kakak tingkat pun tak malu-malu memberikan bimbingan (kebetulan saya
pemalu, jadi jarang nanya dan cuma ikut nimbrung, jangan dicontoh, jadi
mahasiswa yang aktif. Hahaha). Materi dasar seperti perhitungan matematika dan
fisika harus dipelajari lagi (saya lemahhhh sekali sama dua makul ini, wkwkwk).
Nilai semester awal masih bagus-bagusnya dan rajin kuliah. Hahhahha. Mengingat
gosip, ada dosen galak dan sebagainya menjadi faktor rajin masuk (kalo ga, ga
dapet nilai). Semakin ke semester selanjutnya, semakin berat beban, tugas
banyak, hitungan banyak, materi banyak, kuis banyak, waktunya yang gak ada.
Ini dia suka duka anak arsitektur
versi saya ya, pasti beda sama anak-anak Arsitektur lainnya (wkwkw, WARNING,
yang jelek-jelek jangan dicontoh, cuma postingan share aja, kok, have fun, yak)
Sukanya dulu ya :
1.
Ilmu mengenai bangunan bertambah, dulu saya
berpikir, gimana ya bawa bahan bangunan sampe tinggi gitu. Gimana ya kok
bangunan itu ga roboh, padahal tinggi. Kok atap rumah cuma pake kayu bisa
nopang genteng, itu pertanyaan yang muncul sebelum saya belajar tentang
arsitektur dan di kuliah saya mendapat jawabannya. Dari dasar sampai bangunan
itu jadi.
2.
Jadi tau soal konsep, setiap proyek bangunan
tentu memiliki konsep matang, mengenai apa fungsi bangunan tersebut, bagaimana
desainnya, bagaimana konstruksinya, dan lainnya. Jadi untuk merencanakan sebuah
bangunan, harus memiliki konsep untuk diwujudkan ke dalam bangunan.
3.
Jadi bisa ngitung, dulu mikirnya rumah itu asal
nyusun batu bata ditumpuk-tumpuk pakai semen, pasti jadi rumah. Salaaaah!
Ternyata dari pemasangan aja ada hitungannya berapa komposisi semen, batu
kerikil, berapa banyak batu bata yang dibutuhkan disesuaikan dengan ukuran
bangunan.
4.
Mengenal bentuk dan warna, seperti yang udah
saya bahas, bangunan ga melulu kotak, tapi bisa dikreasikan bentuknya sesuai
dengan konsep. Misal ingin membangun wahana permainan, bentuk bangunan harus
unik dan menarik sehingga menghibur orang yang mengunjungi. Perpaduan warna
juga menjadi faktor menariknya suatu bangunan.
5.
Lebih tau tentang detail sebuah bangunan, dari
instalasi air, listrik, saluran pembuangan, dan lain-lain.
6.
Menentukan lokasi. Untuk merancang sebuah
bangunan, harus disesuaikan juga dengan lokasi atau llingkungan sekitar. Misal
ingin merancang mall, lokasi yang bagus dipinggir jalan raya bukan di dalam
kawasan perumahan, seperti itu.
7.
Jalan-jalan, biasanya sebuah tugas menuntut
adanya survey atau bukti-bukti bahwa hal tersebut ada. Seperti foto bangunan
unik, bangunan yang harus dilestarikan, dan lainnya.
Kurang lebih sukanya seperti itu
Dukanya nih sekarang
1.
Jarang tidur, karena tugas makin hari makin
banyak dan detail, porsi tidur kurang. Pengalaman, karena ngerjain satu tugas,
hampir 3 hari gak tidur. Itu gak hanya saya yang ngalamin, banyak teman lainnya.
2.
Kurang waktu untuk piknik. Untuk saya pribadi
loh ya, kalau temen-temen saya yang lain keliatan masih bisa piknik sesuka hati
mereka.
3.
Gampang emosi, deadline tugas membuat saya
sedikit emosi kalau ada yang bilang “kerjaannya di kamar terus, ga mau inilah
itulah” bukannya saya ninggalin kewajiban sebagai anak yang baik, tapi saya
lagi pusing-pusingnya mikir tugas yang belum kelar, gak ada yab=ng ngerti
(kebetulan yang nyasar kejurusan teknik cuma saya, mereka ga tau gimana
proses-prosesnya). Banyak orangtua mikir “semua jurusan itu sama aja” sama dari
mana T_T, sudahlah, itu masa lalu, kalu diinget-inget lagi, nyesek.
4.
Duit habis, Cuma buat ngeprint tugas, revisi,
ngeprint lagi, jadi jarang jajan.
5.
Harus nyambi kerja, karena faktor ekonomi dan
keluargga (kebetulan saya broken-home yang ikut sama papa) harus punya
pemasukan lain untuk hidup atau untuk sekedar beli minyak wangi. Membagi waktu
antara kuliah sama kerja itu gak gampang. Fisiknya bener-bener diuji.
6.
Dituntut, oke itu keinginan setiap orang tua dan
sodara-sodara pengen adeknya atau anaknya cepet lulus, tapi balik lagi, mereka
ga bisa maklumin proses. Jujur, saya sempet ngambek karena tuntutan itu,
tuntutan ini, mental saya bener-bener harus kuat. Bukan lebay atau alah gitu
aja loh ya, tapi seumur hidup, saya baru merasakan depresi ya sewaktu kuliah,
hasilnya, saya telat lulus wkwkwkwk T_T
Nah, itu suka duka saya selama jadi anak arsitektur. Seimbang kok
sebenarnya, Cuma kuotanya lebih berat yang dukanya (jujur). Buat kalian yang di
jurusan arsitektur, jangan gampang nyerah dan harus terus kreatif ya. Semangat
terus pokoknya gimanapun prosesnya, baik suka maupun duka, jadikan itu motivasi
kalian untuk maju dan lulus. Puji Tuhan, meskipun telat, saya akhirnya sudah
jadi sarjana arsitektur. Mangaaatssss eaa !!
Selamat yaa, sudah melewati masa-masa berat menjadi mahasiswa arsitektur. Saya dulu juga punya suka duka menjadi mahasiswa arsitek . Jadi jangan patah semangat hingga cita-cita awal kuliah tercapai.
ReplyDelete