Sunday, January 15, 2017

Memilih Jurusan Kuliah

Hai teman-teman, yang sekarang udah duduk di bangku SMA/SMK/STM kelas 3 so pastinya mikirin langkah ke depan, kan. Mau lanjut ke jenjang selanjutnya atau memutuskan untuk langsung bekerja, itu tergantung dengan tekad kalian. Untuk yang memutuskan untuk bekerja, biasanya diambil oleh anak-anak lulusan SMK/STM karena mereka sudah diberi pengetahuan tentang mengolah skill bidang tertentu, seperti bagaimana mengutak-atik sebuah mesin (jurusan mesin), bagaimana merancang sebuah baju (jurusan tata busana), bagaimana cara menyajikan suatu hidangan (jurusan tata boga), bagaimana prosedur bekerja di hotel (jurusan perhotelan), dan masih banyak lagi sesuai dengan kejuruan yang diambil. Dengan kata lain, mereka sudah diberi bekal mengenai dasar-dasar profesi didukung dengan PKL (Praktek Kerja Lapangan) sehingga mereka memiliki pengalaman secara langsung. Tapi tak sedikit juga anak-anak lulusan SMK/STM mengambil kuliah dengan bidang yang sama, jadi mereka tidak terlalu memiliki banyak pilihan jurusan.

Berbeda dengan anak-anak yang duduk di bangku SMA secara umum, bukan berarti ilmu yang diberikan di SMA berbeda, tidak, melainkan lebih spesifik lagi atau sudah menjurus ke bidang yang diinginkan (kalau SMK) sedangkan SMA mempelajari ilmu secara umum. Hanya diberikan pilihan jurusan yang biasanya diberlakukan di kelas 2, yaitu IPA, IPS, dan bahasa (bagi sekolah tertentu). Sehingga mereka memiliki banyak ilmu mengenai teori bidang secara umum. Misal jurusan IPA mengetahui perhitungan baik matematika maupun fisika, melakukan penelitian biologi pada makhluk hidup atau non-hidup, penelitian dengan zat-zat kimia, dan lainnya dipelajari secara umum serta luas, belum mengarah kepada salah satu spesifikasi bidang tertentu. 

Menurut pengalaman pribadi, saya dulu anak IPA, yang awal mulanya masuk ke jurusan IPA itu karena tuntutan orang tua (katanya, dulu kalau ga IPA itu ga pinter). Mungkin karena anugerah, saya masuk IPA dengan nilai mepet. Kebetulan saat itu juga kelas IPA dibuka sampai 4 kelas (tahun sebeumnya hanya ada 3 kelas) jadi kesempatan anak masuk IPA lumayan terbuka. Bukan saya bodoh atau tidak pinar, melainkan motivasi saya masuk IPA karena tuntutan, menjadikan saya kurang menikmati proses belajar mengajar. Karena sudah menjadi kewajibn, mau tidak mau harus menjalani dengan ssebaik-baiknya walaupun hasilnya kurang maksimal. Saran dari saya, jika kalian dituntut untuk menentukan pilihan, gunakan hak suara kalian. Bukan berarti mengajarkan utuk melawan orangtua, gak kok, hanya saja mencoba mengutarakan isi hati kalian.

Waktu kelas 3, biasanya akan ada kunjungan-kunjungan dari universitas untuk mempromosikan atau menarik pelajar agar melanjutkan pendidikan di universitas tersebut. Ada juga yang membuka tes uji coba seperti UM UGM dan yang lainnya. Sehingga ketika lulus SMA nanti, jika lolos ujian tersebut dapat memiliki tiket masuk terlebih dahulu (biasanya ujian masuk universitas dilakukan sebelum Ujian Nasional). Kalau saya, tidak pernah mengikuti ujian tersebut karena ada beberapa faktor (ekonomi dan keadaan). 

Beruntung buat temen-temen yang diijinkan melanjutkan ke universitas yang disukai, saya sendiri sudah diberi omongan oleh orangtua (papa) “kalau kamu gak keterima di universitas negeri di sini (saya tinggal di Solo) gak usah kuliah” . Kalau sudah begitu, mau tidak mau saya hanya bisa mendaftar di satu universitas saja, UNS. Padahal, sebenarnya saya pengen sekali kuliah di luar kota, mencari suasana baru, tapi itu hanya mimpi. Entah karena mereka terlalu sayang atau alasan lain saya gak paham (dulu, sekarang udah paham kenapa begitu keputusan beliau).

Saat pendaftaran mahasiswa baru, jujur, saya bingung memilih jurusan (haha, udah ga niat soalnya, tapi kepaksa) dan kebetulan saya memiliki teman dekat dan menyarankan saya mengambil jurusan itu. Sebenarnya, soal memilih jurusan itu hal yang gampang-gampang susah, kalau jurusan IPA biasanya paling umum mengambil matematika, kimia, biologi, atau fisika, seperti yang dipelajari dibangku SMA, namun ada jurusan yang menggabungkan beberapa pelajaran seperti kedokteran, farmasi, dan teknik. Dikarekan saya tidak terlalu berminat pada jurusan IPA, saya memilih jalur IPC (jalur dimana bisa memilih jurusan kuliah IPA atau IPS) tentunya ujian masuk memiliki soal IPS (saya ga belajar sama sekali, tolong jangan dicontoh ya teman-teman T_T). Setelah mendapat masukan kanan-kiri dan diskusi dengan teman, saya memilih 3 jurusan DKV (Desain Komunikasi Visual, jurusan IPS), mengenai desain komputer/tangan, pada waktu itu saya memiliki jiwa seni, jadi saya memilih jurusan desain. Kedua saya pilih Arsitektur (jurusan IPA) karena dulu teman saya kuliah jurusan yang sama tapi beda kampus jadi mungkin saya akan mendapat bimbingan (salah besar T_T dan saya sedikit menyesal, wkwk. Maaf temannya tulisan miring, maksdnya teman dekat, hahaha). Ketiga saya mengambil jurusan Hukum (IPS) mungkin saya membayangkan ke depannya akan menjadi seorang penegak hukum yang baik (bohong kok bohong, kebanyakan nonton berita TV). Ketiga jurusan itu ada di universitas yang sama karena hal di atas tadi.

Untuk kalian, yang memiliki kebebasan memilih universitas, bersyukurlah karena itu berarti kalian tidak hanya diberi kepercayaan tapi harus menjaga kepercayaan tersebut. Pemilihan jurusan jangan diambil karena omongan kanan-kiri tapi harus diambil sesuai dengan minat masing-masing kalian. Jangan terlalu memaksa diri dengan jurusan yang akan kalian ambil, masih ada waktu untuk berpikir. Dan apabila ada tuntutan, kalian juga punya suara sendiri untuk diungkapkan, jangan takut. Tapi ingat, kalian harus bertanggung jawab dengan resiko atau proses yang akan kalian jalani ketika sudah mulai kuliah. Yakinkan pada mereka-mereka yang kurang setuju bahwa kalian bisa.

Balik lagi, tes ujian masuk sudah selesai dan waktu itu saya berharap, saya diterima di jurusan DKV atau Hukum, tapi mungkin Tuhan sudah memberi jalan, saya diterima di jurusan Arsitektur (senang? Iya sedikit). Kebetulan, teman yang di SMA lebih pintar dan UANnya bagus, tidak diterima di jurusan tersebut, saya mungkin sedikit bangga. Saya memberitahu pada orangtua tentang hal itu, mereka senang mendengarnya (dalah hati saya, “yes, akhirnya aku kuliah” T_T). Mulai saat itu, saya resmi jadi anak Teknik Arsitektur.

So, teman-teman, jangan ragu untuk memilih pilihan kalian, sesuaikan dengan minat kalian, apa yang kalian senangi. Orang dulu memang sering bicara “jurusan itu menentukan masa depan” salah, bukan berarti saya tidak setuju, tapi itu tidak benar, semua jurusan itu mempunyai masa depan, dulu saya sempat ingin mendaftar di ISI (Institut Seni Indonesia), tapi orangtua berkata “Mau jadi apa nanti, kerjanya susah” siapa bilang? Semua jurusan memiliki peluang kerja, kok. Jadi jangan pernah ragu, ya. Mantapin minat kalian, tekuni, pasti akan berhasil. Sukses buat kalian dan semangat!

Salam dari anak ex-Anak Teknik
Wkwkw

0 comments:

Post a Comment