Memilih Jurusan Kuliah
Hai teman-teman, yang sekarang
udah duduk di bangku SMA/SMK/STM kelas 3 so pastinya mikirin langkah ke depan,
kan. Mau lanjut ke jenjang selanjutnya atau memutuskan untuk langsung bekerja,
itu tergantung dengan tekad kalian. Untuk yang memutuskan untuk bekerja,
biasanya diambil oleh anak-anak lulusan SMK/STM karena mereka sudah diberi
pengetahuan tentang mengolah skill
bidang tertentu, seperti bagaimana mengutak-atik sebuah mesin (jurusan mesin),
bagaimana merancang sebuah baju (jurusan tata busana), bagaimana cara
menyajikan suatu hidangan (jurusan tata boga), bagaimana prosedur bekerja di
hotel (jurusan perhotelan), dan masih banyak lagi sesuai dengan kejuruan yang
diambil. Dengan kata lain, mereka sudah diberi bekal mengenai dasar-dasar
profesi didukung dengan PKL (Praktek Kerja Lapangan) sehingga mereka memiliki
pengalaman secara langsung. Tapi tak sedikit juga anak-anak lulusan SMK/STM
mengambil kuliah dengan bidang yang sama, jadi mereka tidak terlalu memiliki
banyak pilihan jurusan.
Berbeda dengan anak-anak yang
duduk di bangku SMA secara umum, bukan berarti ilmu yang diberikan di SMA
berbeda, tidak, melainkan lebih spesifik lagi atau sudah menjurus ke bidang
yang diinginkan (kalau SMK) sedangkan SMA mempelajari ilmu secara umum. Hanya
diberikan pilihan jurusan yang biasanya diberlakukan di kelas 2, yaitu IPA, IPS,
dan bahasa (bagi sekolah tertentu). Sehingga mereka memiliki banyak ilmu
mengenai teori bidang secara umum. Misal jurusan IPA mengetahui perhitungan
baik matematika maupun fisika, melakukan penelitian biologi pada makhluk hidup
atau non-hidup, penelitian dengan zat-zat kimia, dan lainnya dipelajari secara
umum serta luas, belum mengarah kepada salah satu spesifikasi bidang tertentu.
Menurut pengalaman pribadi, saya
dulu anak IPA, yang awal mulanya masuk ke jurusan IPA itu karena tuntutan orang
tua (katanya, dulu kalau ga IPA itu ga pinter). Mungkin karena anugerah, saya
masuk IPA dengan nilai mepet. Kebetulan saat itu juga kelas IPA dibuka sampai 4
kelas (tahun sebeumnya hanya ada 3 kelas) jadi kesempatan anak masuk IPA
lumayan terbuka. Bukan saya bodoh atau tidak pinar, melainkan motivasi saya
masuk IPA karena tuntutan, menjadikan saya kurang menikmati proses belajar
mengajar. Karena sudah menjadi kewajibn, mau tidak mau harus menjalani dengan
ssebaik-baiknya walaupun hasilnya kurang maksimal. Saran dari saya, jika kalian
dituntut untuk menentukan pilihan, gunakan hak suara kalian. Bukan berarti
mengajarkan utuk melawan orangtua, gak kok, hanya saja mencoba mengutarakan isi
hati kalian.
Waktu kelas 3, biasanya akan ada
kunjungan-kunjungan dari universitas untuk mempromosikan atau menarik pelajar
agar melanjutkan pendidikan di universitas tersebut. Ada juga yang membuka tes
uji coba seperti UM UGM dan yang lainnya. Sehingga ketika lulus SMA nanti, jika
lolos ujian tersebut dapat memiliki tiket masuk terlebih dahulu (biasanya ujian
masuk universitas dilakukan sebelum Ujian Nasional). Kalau saya, tidak pernah
mengikuti ujian tersebut karena ada beberapa faktor (ekonomi dan keadaan).
Beruntung buat temen-temen yang diijinkan melanjutkan ke universitas yang disukai,
saya sendiri sudah diberi omongan oleh orangtua (papa) “kalau kamu gak keterima di
universitas negeri di sini (saya tinggal di Solo) gak usah kuliah” .
Kalau sudah begitu, mau tidak mau saya hanya bisa mendaftar di satu universitas
saja, UNS. Padahal, sebenarnya saya pengen sekali kuliah di luar kota, mencari
suasana baru, tapi itu hanya mimpi. Entah karena mereka terlalu sayang atau
alasan lain saya gak paham (dulu, sekarang udah paham kenapa begitu keputusan
beliau).
Saat pendaftaran mahasiswa baru,
jujur, saya bingung memilih jurusan (haha, udah ga niat soalnya, tapi kepaksa)
dan kebetulan saya memiliki teman dekat dan menyarankan saya mengambil jurusan
itu. Sebenarnya, soal memilih jurusan itu hal yang gampang-gampang susah, kalau
jurusan IPA biasanya paling umum mengambil matematika, kimia, biologi, atau
fisika, seperti yang dipelajari dibangku SMA, namun ada jurusan yang
menggabungkan beberapa pelajaran seperti kedokteran, farmasi, dan teknik.
Dikarekan saya tidak terlalu berminat pada jurusan IPA, saya memilih jalur IPC
(jalur dimana bisa memilih jurusan kuliah IPA atau IPS) tentunya ujian masuk
memiliki soal IPS (saya ga belajar sama sekali, tolong jangan dicontoh ya
teman-teman T_T). Setelah mendapat masukan kanan-kiri dan diskusi dengan teman,
saya memilih 3 jurusan DKV (Desain Komunikasi Visual, jurusan IPS), mengenai
desain komputer/tangan, pada waktu itu saya memiliki jiwa seni, jadi saya
memilih jurusan desain. Kedua saya pilih Arsitektur (jurusan IPA) karena dulu teman saya kuliah jurusan yang sama tapi
beda kampus jadi mungkin saya akan mendapat bimbingan (salah besar T_T dan saya
sedikit menyesal, wkwk. Maaf temannya tulisan miring, maksdnya teman dekat,
hahaha). Ketiga saya mengambil jurusan Hukum (IPS) mungkin saya membayangkan ke
depannya akan menjadi seorang penegak hukum yang baik (bohong kok bohong,
kebanyakan nonton berita TV). Ketiga jurusan itu ada di universitas yang sama
karena hal di atas tadi.
Untuk kalian, yang memiliki
kebebasan memilih universitas, bersyukurlah karena itu berarti kalian tidak
hanya diberi kepercayaan tapi harus menjaga kepercayaan tersebut. Pemilihan
jurusan jangan diambil karena omongan kanan-kiri tapi harus diambil sesuai
dengan minat masing-masing kalian. Jangan terlalu memaksa diri dengan jurusan
yang akan kalian ambil, masih ada waktu untuk berpikir. Dan apabila ada
tuntutan, kalian juga punya suara sendiri untuk diungkapkan, jangan takut. Tapi
ingat, kalian harus bertanggung jawab dengan resiko atau proses yang akan
kalian jalani ketika sudah mulai kuliah. Yakinkan pada mereka-mereka yang
kurang setuju bahwa kalian bisa.
Balik lagi, tes ujian masuk sudah
selesai dan waktu itu saya berharap, saya diterima di jurusan DKV atau Hukum,
tapi mungkin Tuhan sudah memberi jalan, saya diterima di jurusan Arsitektur (senang?
Iya sedikit). Kebetulan, teman yang di SMA lebih pintar dan UANnya bagus, tidak
diterima di jurusan tersebut, saya mungkin sedikit bangga. Saya memberitahu
pada orangtua tentang hal itu, mereka senang mendengarnya (dalah hati saya,
“yes, akhirnya aku kuliah” T_T). Mulai saat itu, saya resmi jadi anak Teknik
Arsitektur.
So, teman-teman, jangan ragu
untuk memilih pilihan kalian, sesuaikan dengan minat kalian, apa yang kalian
senangi. Orang dulu memang sering bicara “jurusan
itu menentukan masa depan” salah, bukan berarti saya tidak setuju, tapi itu
tidak benar, semua jurusan itu mempunyai masa depan, dulu saya sempat ingin
mendaftar di ISI (Institut Seni Indonesia), tapi orangtua berkata “Mau jadi apa nanti, kerjanya susah” siapa
bilang? Semua jurusan memiliki peluang kerja, kok. Jadi jangan pernah ragu, ya.
Mantapin minat kalian, tekuni, pasti akan berhasil. Sukses buat kalian dan
semangat!
Salam dari anak ex-Anak Teknik
Wkwkw
0 comments:
Post a Comment