Thursday, February 28, 2013

Apa mimpiku ?


 Apa mimpiku? Pertanyaan yang selalu berputar diotakku. Pernah aku bermimpi memiliki segudang mainan, itu ketika aku berumur masih sangat kecil. Aku pengen kamarku penuh dengan boneka barbie. Mulukkah? Tidak, itu wajar bagi seorang anak kecil yang belum mengerti apapun tentang kehidupan yang sebenarnya. Sekarang aku kuliah, sudah semester tua. Tujuanku kuliah untuk mewujudkan mimpi atau hanya mencari gelar. Karena aku benar-benar tidak menikmati segala prosesnya. Terpaksa? Mungkin. Aku tidak bisa sebebas dulu. Bisa ke mana pun. Melakukan apapun. Sekarang penuh dengan batasan. Mungkin karena efek ‘disesatkan’ oleh seorang yang dulu kuanggap penting. Sudah. Ini terlanjur.
“Mon, gimana tugasmu?”
“Jangan tanya soal tugas plis. Aku sama sekali belum menyentuhnya. Otakku terlalu lelah.” Aku memang tipe pemikir, tapi jarang kulakukan. Ya, itu kesalahanku. Kulihat teman-teman sebayaku sudah berpenampilan lebih dewasa sesuai dengan usia mereka. Menjaga penampilan mereka seanggun mungkin dan menunjukkan mereka sudah berkuliah. Sedangkan aku? Hanya berkaos oblong diselimuti jaket, sepatu sport, celana jins, dan sebuah tas ransel. Sama sekali tak ada sisi wanita. Oke, aku malas berdandan karena itu amat sangat RIBET.
Aku suka duduk di bagian tengah, tidak di belakang, tidak di depan. Dan aku berusaha buat fokus ke depan, tapi pikiranku melayang-layang.
“Aku ngantuk nih. Laper lagi. Nanti ke kantin, yok.” Tanpa ragu aku mengiyakan ajakan temanku itu. Kami suka pergi makan bareng. Nggak hanya berdua. Aku berpikir, suasana di kantin itu lebih enak daripada di kelas. Dan kalau disuruh memilih, aku lebih suka di rumah daripada harus di kampus. Aku memang anak yang lebih suka menghabiskan waktu berjam-jam di depan laptop. Entah itu mendengarkan lagu, iseng, atau main game.
Saat di kantin, aku mengaduk-aduk nasi berkuah yang ku pesan tadi, sedangkan gelas es teh ku hanya tinggal setengah, maklum cuaca hari ini sangat panas. Aku lebih mati kelaparan daripada mati kehausan. Aku makan dengan amat malas, padahal nasi masih banyak.
“Mon, kamu kenapa, he? Kok akhir-akhir ini sering murung?” tanya Panda, nama yang unik memang, tapi itu benar-benar namanya. Dia salah satu sahabat yang setia menemaniku di kantin. Ya, kami suka jajan.
“Ha? Aku nggak papa. Cuma agak suntuk sama semuanya. Monoton. Kangen ama kehidupanku sebelum ini.”
“Ada apa dengan kehidupanmu dulu?” Aku membenarkan posisi dudukku untuk lebih tegak.
“Huft, dulu ... Ya berbeda dari sekarang. Aku bisa melakukan apa yang mau. Aku bisa menumpahkan seluruh bakatku. Sekarang, sama sekali nggak ada waktu untuk itu semua.”
“Hobi maksudmu?”
“Ya, begitulah. Aku dulu sangat mencintai basket, musik, dan ... menulis.” Aku tertunduk. Aku benar-benar rindu saat aku menulis. Sewaktu SD aku sudah membuat karyaku. Hanya bermodal buku bercorak mickey mouse kecil, aku menulis sebuah cerita. Aku masih ingat betul. Tapi buku itu hilang entah kemana. Padahal itu hasil pertamaku. Ketika menginjak SMP, aku membuat cerita sampai 7 buku tulis dan belum ada endingnya. Dan teman-temanku sudah membacanya dan selalu menantikan update ceritanya. Masih sama topiknya, cinta. Aku memang tergolong memiliki imajinasi yang terlalu banyak. Tapi susah untuk meluapkan dalam bentuk tulisan. Saat SMA, kemampuan ku menulis cukup membaik. Aku mengetahui bagaimana cara menulis yang benar. Sayangnya, tulisan-tulisanku tersimpan di sebuah komputer dan komputer itu sekarang telah rusak. Aku ingat, judul-judul karyaku diilhami dari judul lagu yang sedang nge-hits dimasa itu.
Kemudian, aku memiliki teman sebangku yang sama sepertiku. Memiliki imajinasi yang tinggi. Setelah membaca buku Harry Potter, imaji kami berdua meluncur. Kami mempunyai pemikiran sama. Dan kami membuat sebuah judul buku fiksi. Menulis secara bergantian, menyamakan alur cerita, ahh ... Lamunanku pecah ketika si Panda menggoyangkan pundakku.
“Malah ngelamun. Yok masuk lagi. Udah jamnya, nih.” Aku menghela nafas sangaaat panjaaang. Rasanya aku seperti disuruh berjalan di tepi tebing yang curam. Oh, Tuhan, aku lelah. Kuliah yang terakhir ini pun berlangsung sangat lama. Aku hanya memperhatikan dengan tatapan mata kosong. Antara mengerti dan tidak. Aku lebih memilih bermain handphone yang telah kubeli dengan uang tabunganku ini. Kubuka, ada satu pesan.
Sayang, aku kangen. Nanti pulang kuliah jam berapa? On ya :* ~
Aku tersenyum tipis. Dia yang memanggilku sayang adalah pacarku yang baru. Setelah aku bisa melupakan kenangan pahit dulu. Dia yang menyembuhkan. Masih berondong, tapi dia lebih bisa bersikap. Aku yang selalu bersikap seperti anak kecil.
Aku juga kangen sayang. Sebentar lagi pulang. Sebenernya aku malah pengen bolos. Haha :p. Lagi apa cinta? ~
Hapeku bergetar lagi,
Ih, bandel to. Kuliah yang rajin. Cepat lulus. Cepat kita menikah :* ~
Aku sungguh bahagia. Kalian tau? Hanya dia yang bisa menjadi semangat dalam hidupku. Entah kenapa, aku yakin kami benar-benar jodoh. Pertemuan singkat dan terlihat konyol. Aku kembali lagi berpikir. Aku kuliah untuk siapa, ya untuk membahagiakan orang yang menyayangiku. Papa, mama, kakak, teman, dan dia. Aku ingin mewujudkan mimpi-mimpiku. Kelak aku lulus, aku akan jadi orang sukses. Dengan atau tidak bekerja pada bidang yang kutekuni sekarang. Kuikuti kemana angin membawaku. Entah aku jadi pemusik, penulis, atau seorang arsitek. Ketiganya adalah mimpiku. Dan mimpi terbesarku adalah untuk bersama dia yang jauh di sana, terpisah oleh laut, berada di pulau berbeda.
 Itulah mimpiku J

Nb : sedikit dibuat-buat, tapi sebagian besar sama hahaha ^^ 

0 comments:

Post a Comment